KISAH PAK DAHLAN DAN ISTRINYA
Pak Dahlan dan istrinya adalah pasangan suami istri yang rukun, mereka tidak
tahun. Istrinya sangat penurut, apa-apa yang diminta dan disuruh oleh
suaminya selalu dilaksanakan tanpa ada bantahan barang sedikitpun dari
istrinya. Sedangkan pak Dahlan dikenal sebagai seorang yang sangat sabar.
Pak Kasim teman pak Dahlan semasa revolusi fisik menceritakan ihwal kenapa
istrinya pak Dahlan begitu penurut.
Pada tahun 1946 pak Dahlan hendak mengungsi bersama istrinya,kendaraan yang
dipakai adalah delman yang pada waktu itu sudah terbilang mewah jika sebuah
keluarga mempunyai delman. Baru beberapa kilometer berjalan kuda delman itu
jatuh, mungkin karena kecapekan membawa beban yang sangat berat. Pak Dahlan
bergegas turun untuk membantu kudanya berdiri kembali sambil berseru “satu
!!!”. Ketika beberapa saat kuda itu jalan, kuda tersebut jatuh kembali. Pak
Dahlan bergegas turun membantu kudanya berdiri kembali sambil mengatakan
“dua”. Istrinya keheranan. Ketika perjalanan dilanjutkan, kuda itu jatuh
kembali.Pak Dahlan bergegas turun kembali sambil mengatakan “tiga” lalu pak
Dahlan langsung mengeluarkan pistol di samping celananya lalu
“DOR…DOR…DOR” kuda itu langsung mati. Melihat hal itu istrinya langsung
memarahi sambil memaki-maki pak Dahlan karena sudah menembak kuda
satu-satunya sehingga mereka tidak bisa melanjutkan perjalanannya. Belum
habis marah sang istri, pak Dahlan langsung menyela dengan mengatakan
“satu !!!”.
Sampai sekarang pak Dahlan dan istrinya hidup rukun dan damai….
MENCETAK WARNA KUNING PADA PRINTER
Suatu hari seorang customer service di perusahaan printer mendapat telepon dari pelanggannya. Sang pelanggan rupanya mendapat kesulitan untuk mencetak warna kuning, hanya warna cyan dan magenta yang tampak.
Si Customer Service (CS) pusing tujuh keliling, apalagi ketika pelanggannya mengatakan bahwa ia bisa mencetak warna-warna lainnya, termasuk kombinasi warna kuning, seperti hijau.
Si CS kemudian meminta pelanggannya untuk mengganti cartridge tinta, menghapus driver-nya dan kemudian meng-install-nya kembali.
Tapi saran itu tidak membuahkan hasil. Bahkan teman-teman CS lainnya tidak ada yang tahu bagaimana caranya mengatasi masalah ini.
Setelah dua jam dalam kebingungan, si pelanggan bertanya, “Apakah mungkin sebaiknya saya mencetak di atas kertas berwarna putih daripada kertas berwarna kuning yang saya pakai sekarang?”
CS, “ya ampun… Buseet dah!!”
PANCASILA DALAM BAHASA DAERAH
Seminggu kemudian, Indian tua itu mendatangi sutradaranya lagi dan bilang, "Besok akan ada badai." Besoknya badai pun datang.
"Orang Indian tua itu sangat luar biasa "kata si sutradara. Dia katakan kepada sekretarisnya untuk menyewa saja Indian tua itu untuk meramal cuaca sampai syuting yang masih tersisa selesai.
Sejauh itu, setelah beberapa hari ramalannya selalu tepat, tiba-tiba Indian tua itu tak muncul lagi selama dua minggu. Akhirnya si sutradara mendatangi rumah si Indian tua itu. "Besok kami akan syuting adegan yang sangat penting" kata si sutradara, "Dan kami sangat tergantung kepada anda, seperti apa kira-kira cuacanya besok."
Si Indian tua angkat bahu dan menjawab dengan santainya, "Nggak tahu. Radio saya lagi rusak."
cerita lucu
Ada seorang cewek bugil naik becak. Sepanjang perjalanan, si tukang becak sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari si cewek tersebut.
Merasa di perhatikan seperti itu, si cewek tersebut menegur:
Cewek : Ada apa mas, kok ngeliatnya seperti itu? Belum pernah ngeliat cewek bugil apa?!!!
Tukang Becak : Oh nggak mbak… Saya cuman memperhatikan, kira-kira nanti mbak mengeluarkan uangnya dari mana???
· · · · · · · · · ·
BH'nya diMANA???
Vera, siswi sebuah SMA di Sulsel, yang terkenal centil dan genit disuruh ke depan kelas oleh salah seorang guru favoritnya yang maniz.
Guru: “Ver, maju ke depan dan coba tuliskan B-H-I-N-E-K-A T-U-N-G-G-A-L I-K-A.”
Vera maju ke depan lalu menulis, I-N-E-K-A T-U-N-G-G-A-L I-K-A. Sambil tersenyum genit Vera kembali duduk.
Guru: “Lho Rin, BH-nya di mana?”
· · · · · · · · · ·
BAYAR SEPERTI BIASAPada suatu siang ada seorang kakek turun dari becak, dia menanyakan ongkos pada si tukang becak.
“Nak, berapa Ongkosnya?” tanya si kakek.
“Yahh… kalo’ buat kakek biasa saja lah…” jawab si tukang becak.
“Nah biasanya aku nggak pernah bayar…” timpal si kakek polos.
· · · · · · · · · ·